Adayang terbuat dari kardus, kertas, plastik, styrofoam, plastik mika, yang mana kesemuanya ini sebaiknya telah terstandar makanan. Dan tentunya harus aman apalagi jika digunakan sebagai kemasan makanan yang panas. Pentingnya kemasan dalam menunjang penjualan dibahas juga dapat pelajaran ekonomi.

Membungkus makanan panas dengan plastik saat ini telah menjadi praktik yang umum dilakukan. Padahal, bahaya plastik yang kerap disepelekan ini, bisa berpengaruh terhadap kesehatan tubuh Anda. Kita harus menghindari penggunaan plastik dalam keadaan panas dikarenakan plastik terbuat dari berbagai bahan maupun komponen kimia yang berbahaya. Salah satunya adalah BPA. Membungkus makanan panas dengan plastik dapat memindahkan komponen-komponen berbahaya tersebut ke makanan yang kita makan, hingga akhirnya masuk ke tubuh. Plastik dengan kandungan BPA Bisphenol A diketahui dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti penurunan kesuburan pada pria maupun wanita. PS Polystyrene yang bersifat karsinogenik dan memicu kanker, atau PVC Polyvinyl Chlorida pun tak kalah berbahaya bagi kesehatan Anda. Agar Anda lebih waspada dan bijak dalam menggunakan bungkus plastik untuk makanan, perhatikan bahaya plastik berikut ini bagi kesehatan. Bahaya plastik kemasan makanan bagi kesehatan? Sebagian besar jenis plastik mengandung bahan berbahaya yang apabila masuk ke tubuh dalam jumlah tertentu dapat menimbulkan masalah pada kesehatan, karena faktor-faktor berikut ini. 1. Plastik mengandung bisphenol A BPA BPA merupakan bahan yang terdapat pada sebagian besar plastik yang digunakan untuk botol air kemasan, makanan kaleng dan botol minum bayi. Dibandingkan dengan bahan kimia lain, bahan inilah yang paling umum terdeteksi terdapat di tubuh. Ketika kita mengonsumsi makanan yang dibungkus dengan plastik, bahan ini dapat masuk ke tubuh dan ikut ke dalam aliran darah. Apabila BPA yang terdapat di tubuh telah sampai pada jumlah tertentu, bahan kimia ini dapat merusak fungsi hormon di tubuh, terutama hormon estrogen. BPA juga diduga dapat menjadi salah satu pemicu timbulnya kanker, gangguan daya tahan tubuh, mempercepat pubertas, obesitas menjadi salah satu faktor risiko diabetes, dan perilaku hiperaktif. 2. Bahan kimia ftalat dalam plastik berbahaya bagi tubuh Ftalat, seperti halnya BPA, juga dapat mengganggu fungsi hormon, dalam hal ini, hormon testosteron. Pada percobaan yang dilakukan menggunakan hewan uji, ftalat dalam jumlah tertentu diduga dapat menghalangi fungsi testosteron di tubuh, sehingga memengaruhi organ reproduksi pria dan organ lainnya. Tingginya kadar ftalat di tubuh bahkan telah dihubungkan dengan rendahnya jumlah produksi, serta kualitas sperma pada pria dewasa. Pengaruh komponen ini juga dapat dilihat pada ibu hamil. Ftalat meningkatkan risiko kelainan minor organ reproduksi pada anak laki-laki. Selain kedua bahan tersebut, Anda juga perlu berhati-hati dengan bahan lainnya seperti polyvinyl chloride PVC. Dalam jumlah tertentu, PVC dipercaya dapat meningkatkan risiko terkena kanker, cacat lahir, gangguan pencernaan hingga gangguan fungsi hati. Baca JugaPotensi Manfaat Sea Buckthorn untuk Kulit dan Kesehatan TubuhDaftar 15 Makanan Bernutrisi Tinggi yang Wajib DikonsumsiRekomendasi Menu Sarapan Pagi Terbaik untuk Menjaga Kesehatan Tubuh Cara mengurangi bahaya plastik kemasan makanan Melihat bahaya plastik bagi kesehatan, penggunaannya tentu perlu dibatasi. Berikut ini tips bagi Anda untuk menghindari bahaya plastik yang digunakan untuk membungkus makanan 1. Ganti bungkus makanan plastik dengan bahan lain Saat Anda membeli makanan dari suatu tempat, sebaiknya membawa wadah sendiri yang terbuat dari kaca atau metal. Jika menggunakan wadah plastik, sebaiknya hindari yang mengandung bahan berbahaya seperti BPA. 2. Panaskan makanan dengan benar Hindari menutup makanan dengan plastik saat memanaskan di microwave. Sebagai penggantinya, Anda dapat menggunakan tisu makan. Anda juga disarankan untuk tidak menyimpan makanan berlemak di wadah plastik. Pindahkan makanan ke atas piring kaca sebelum dipanaskan. 3. Lihat tanda label pada wadah plastik Hindari menggunakan wadah plastik yang dilabeli angka 3 dan angka 7. Angka tersebut menandakan bahan plastik yang digunakan. Angka 3 menunjukkan bahan PVC, sedangkan angka 7 menunjukkan bahan polycarbonate dengan BPA. Mengurangi penggunaan plastik dalam membungkus makanan panas memang bukan perkara mudah. Pasalnya, bahan yang satu ini begitu sudah begitu sering digunakan. Namun, Anda dapat memulainya secara perlahan. Salah satunya, dengan membeli tempat makan tanpa BPA. 4. Hindari makanan kaleng Sebaiknya Anda membatasi konsumsi makanan kaleng dan beralih ke makanan beku atau makanan segar. Selain menghindari BPA, Anda juga akan mendapatkan lebih banyak nutrisi yang sehat dan lebih sedikit natrium. Kedua faktor ini merupakan langkah menuju pola makan yang lebih sehat dan mencegah Anda dari berbagai penyakit berbahaya. 5. Hindari susu kaleng untuk bayi Anda Jika Anda memiliki bayi yang masih membutuhkan asupan susu yang cukup, sebaiknya Anda menghindari susu dalam kemasan kaleng untuk mencegah dampak buruk dari kemasannya. Anda sebaiknya tetap memberikan ASI eksklusif saat bayi Anda lapar, atau gunakan susu formula bubuk yang tidak berkemasan kaleng agar kandungan di dalamnya tidak terganggu. Plastikbekas biasanya memiliki tekstur yang agak kasar, kurang elastis, ada bercak-bercak, dan sebagainya tapi tidak menutup kemungkinan kalau plastik yang bagus terbuat dari bahan plastik bekas berbahaya bagi kesehatan kita. 5. Piring, Mangkok, Gelas dan Barang Berbahan Melamin / Melamine

› Meski praktis, ringan, dan tahan lama, ada bahaya tersembunyi dari plastik, terutama terkait kemasan makanan. Disarankan untuk mencermati bahan pembuat plastik serta tak menggunakan untuk makanan panas dan lemak. OlehATIKA WALUJANI MOEDJIONO 6 menit baca KOMPAS/PRIYOMBODO Peserta pameran memperlihatkan kerja mesin produksi kemasan plastik dalam pameran Plastics & Rubber Indonesia 2018 di Jakarta International Expo Kemayoran, Jakarta Pusat, Rabu 14/11/2018.Saat ini, kehidupan manusia tak terlepas dari plastik, mulai dari material pembangunan rumah, vinil pelapis lantai, furnitur, peralatan medis, mainan, hingga peralatan makan serta kemasan makanan. Meski praktis, ringan, dan tahan lama, ada bahaya tersembunyi dari plastik, terutama terkait kemasan berbagai jenis plastik yang digunakan sebagai kemasan makanan dan minuman, mulai dari botol, gelas, kotak bekal, kotak kemasan makanan, kantong plastik, hingga tas keresek. Menurut Russ Hauser, Kepala Departemen Kesehatan Lingkungan Universitas Harvard, Amerika Serikat AS, di laman kesehatan universitas tersebut, Desember 2019, plastik tidak hanya satu jenis. ”Ada banyak jenis plastik,” katanya. Jenis plastik yang berbeda memiliki nama berbeda berdasarkan komposisinya, seperti polipropilen, polietilen, polietilen tereftalat, dan polikarbonat. Juga mengandung berbagai bahan kimia dengan sifat berbeda, seperti zat yang membuat fleksibel, antioksidan, dan pewarna.”Kita berbicara tentang paparan bahan kimia dosis sangat rendah,” ujar Hauser. ”Meskipun paparan tunggal terhadap bahan kimia tertentu kecil, jika terjadi berulang kali dalam jangka waktu lama, efeknya menumpuk dan bisa menimbulkan gangguan kesehatan yang merugikan. Selain itu, kita terpapar banyak bahan kimia secara bersamaan yang mungkin memiliki efek merugikan.”Baca juga Pemahaman Cara Pakai Plastik Tak Kalah PentingPenelitian tahun 2011 yang diterbitkan dalam Environmental Health Perspectives melaporkan, pengujian produk plastik yang tersedia secara komersial berlabel bebas BPA mendapatkan hampir semua menguraikan zat kimia yang diketahui memiliki aktivitas estrogenik, yakni memengaruhi konsentrasi hormon estrogen dalam darah. Hal ini berisiko mengganggu itu, Lisa Zimmermann dan kolega dari Jerman dan Norwegia meneliti produk plastik untuk konsumen, mencakup delapan jenis polimer utama. Penelitian yang dipublikasi di Environmental Science & Technology, 5 Agustus 2019, melaporkan, sebagian besar 74 persen dari 34 ekstrak plastik mengandung bahan kimia yang memicu setidaknya satu hal, termasuk toksisitas dasar 62 persen, stres oksidatif 41 persen, sitotoksisitas 32 persen, estrogenisitas 12 persen, dan antiandrogenisitas 27 persen.Ekstrak polivinil klorida PVC dan poliuretan PUR menyebabkan toksisitas tertinggi. Sementara polietilen tereftalat PET dan polietilen densitas tinggi HDPE menunjukkan toksisitas rendah atau tidak menyebabkan toksisitas. Toksisitas dasar tinggi terdeteksi di semua ”bioplastik” yang terbuat dari asam polilaktik PLA. Sementara toksisitas polietilen densitas rendah LDPE, polistiren PS, dan polipropilen PP SUCIPTO KISSWARA Sejumlah minuman degan dalam kemasan botol plastik dan botol kaca kreasi siswa MAN menunjukkan, plastik konsumen mengandung senyawa beracun dalam penelitian di laboratorium, tetapi sebagian besar tidak teridentifikasi. Karena risiko senyawa yang tidak diketahui tidak dapat diperkirakan, menurut peneliti, hal itu menjadi tantangan bagi produsen, otoritas kesehatan masyarakat, dan peneliti untuk memastikan lebih bagi anakBahaya plastik juga dikemukakan Leonardo Trasande, Direktur Pusat Investigasi Bahaya Lingkungan di Fakultas Kedokteran Grossman, Universitas New York, AS. Ia mengacu pada bahan tambahan pembuatan plastik seperti bisfenol A BPA dan bersama Rachel M Shaffer dan Sheela Sathyanarayana menulis pernyataan kebijakan dari Perhimpunan Dokter Anak Amerika American Academy of Pediatrics/AAP pada 2018 tentang risiko bahan tambahan makanan dan bahan kimia kontak terhadap bayi dan AAP, pemanfaatan bahan kimia berbahaya makin memprihatinkan. Antara lain, BPA yang digunakan untuk melapisi wadah logam untuk mencegah korosi, ftalat yang sering digunakan dalam bahan perekat, pelumas, membuat plastik kemasan lebih fleksibel dan tahan lama, serta sejumlah bahan kimia penelitian menunjukkan, BPA dalam konsentrasi rendah yang ditemui orang dalam kehidupan sehari-hari bisa memicu konversi sel menjadi adiposit liposit dan sel lemak yang menyusun jaringan adiposa, tempat energi disimpan dalam bentuk lemak, mengganggu fungsi sel beta pankreas, dan memengaruhi transportasi glukosa dalam ftalat dimetabolisme menjadi zat-zat kimia yang memengaruhi ekspresi pengatur utama metabolisme lipid dan karbohidrat, serta menimbulkan resistensi insulin bagian dari sistem endokrin pada penelitian di laboratorium.”Sejumlah penelitian menunjukkan efek metabolik serupa pada manusia. Beberapa ftalat terkenal menghambat androgen hormon laki-laki dalam tubuh dan dapat memengaruhi perkembangan reproduksi janin,” demikian pernyataan sistem metabolisme dan kemampuan detoksifikasi anak masih berkembang, sistem organ utama sedang mengalami perubahan substansial dan perkembangan yang rentan terhadap gangguan, maka potensi gangguan sistem endokrin menjadi keprihatinan. Dikhawatirkan paparan zat-zat kimia itu bisa memicu diabetes dan obesitas pada Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit CDC AS, 5 April 2021, menyebut, peneliti lembaga itu mengukur 13 metabolit ftalat dalam urine dari orang berusia 6 tahun ke atas yang mengambil bagian dalam Survei Pemeriksaan Kesehatan dan Gizi Nasional NHANES selama menunjukkan, paparan ftalat tersebar luas di masyarakat AS. Perempuan dewasa memiliki tingkat metabolit ftalat lebih tinggi dalam urine dibandingkan pria. Hal itu mengingat ftalat digunakan dalam sabun mandi, sampo, dan pula, beberapa jenis ftalat terbukti memengaruhi sistem reproduksi pada hewan. Efek kesehatan manusia dari paparan ftalat tingkat rendah belum begitu jelas. Karena itu, diperlukan lebih banyak penelitian untuk menilai efek pada kesehatan manusia terkait paparan BPA yang digunakan dalam produk yang dipasarkan sebagai ”bebas BPA”, yakni BPS bisfenol S dan BPF bisfenol F, diperkirakan memiliki efek serupa dengan BPA. Hasil penelitian Universitas Texas dan Washington State University mendapatkan, dengan dosis satu bagian per triliun, BPS dapat mengganggu fungsi sel. Sebuah penelitian tahun 2019 dari Universitas New York mengaitkan obesitas pada anak-anak dengan BPS dan juga Sampah Mikroplastik dan Nanoplastik Ancam Peradaban ManusiaTahun 1988, industri plastik menghasilkan kode identifikasi standar untuk tujuh jenis resin plastik yang paling umum beredar. Angka-angka kecil yang ditemukan di bagian bawah botol soda dan wadah yogurt memberi petunjuk tentang jenis plastik wadah makanan atau minuman yang digunakan. Sebagian besar wadah makanan itu terbuat dari polietilen densitas rendah atau peneliti tidak yakin seberapa banyak paparan bahan kimia dari kemasan makanan dan wadah penyimpanan, yang pasti plastik bukan bahan yang stabil. Menurut Trasande, saat terkena panas, misalnya di microwave, polietilen dan polipropilen dapat terurai, melepaskan bahan kimia yang tidak diketahui ke makanan dan minuman. Tanpa panas pun, makanan berminyak mampu menguraikan sejumlah bahan kimia peraturan Badan Pengawas Makanan dan Obat FDA AS menyatakan, produsen plastik bebas menentukan label produknya. Apakah ”aman untuk microwave” atau ”aman untuk mesin cuci piring”, atau bahkan ”dapat digunakan kembali” tanpa tinggi bisa memutus ikatan kimia dalam plastik dan meningkatkan perpindahan zat kimia dari wadah plastik ke itu, AAP mengingatkan, meski berlabel ”aman untuk microwave dan mesin pencuci piring”, panas tidak aman untuk plastik. Suhu tinggi bisa memutus ikatan kimia dalam plastik dan meningkatkan perpindahan zat kimia dari wadah plastik ke makanan. Organisasi itu menyatakan, perlu dilakukan lebih banyak penelitian dengan memanfaatkan keahlian dan evaluasi teknis dari lembaga lain serta pembenahan aturan SETIYAWAN Beragam sampah plastik untuk didaur ulang. Mengurangi pemakaian kemasan plastik akan membantu mengurangi emisi keamanan anak-anak, AAP menyarankan orangtua menghindari penggunaan plastik di microwave dan mencuci dengan mesin pencuci piring. Gunakan wadah kaca atau keramik. Selain itu, biasakan mengecek kode daur ulang di bagian bawah produk untuk mengetahui jenis plastik. Hindari plastik dengan kode daur ulang 3 ftalat, 6 stirena, dan 7 bisfenol kecuali jika plastik diberi label ”biobased” atau ”greenware” yang menunjukkan produk terbuat dari jagung dan tidak mengandung lain, jangan menyimpan makanan berlemak atau berminyak dalam wadah plastik, banyak bahan kimia dalam plastik dapat larut dalam lemak. Kurangi juga botol air plastik yang berkontribusi pada penyebaran mikroplastik di juga Perjalanan Plastik ke Atmosfer dan Menginvasi Kehidupan

Jenisdaun pisang yang bisa digunakan adalah pisang raja, pisang batu, dan pisang kapok.Daun pisang tidak berpori sehingga masakan tidak merembes keluar. Selain itu, ukurannya yang besar juga memudahkan ketika membungkus masakan. Daun pisang tidak mudah robek namun tetap lentur ketika sudah dipanaskan. “Makanan kemasan sering mengandung banyak zat yang bisa berbahaya untuk kesehatan bila dikonsumsi secara berlebihan. Zat berbahaya yang perlu diwaspadai adalah seperti pemanis buatan, pengawet, dan lain-lain.” Halodoc, Jakarta – Makanan kemasan merupakan jenis makanan yang sering dibeli dan dikonsumsi banyak orang karena praktis dan juga enak. Namun, tahukah kamu bahwa produk makanan tersebut mengandung berbagai zat tambahan atau zat aditif yang berbahaya untuk kesehatan? Zat aditif digunakan untuk meningkatkan cita rasa, penampilan, sekaligus memperpanjang masa simpan makanan. Itulah mengapa makanan kemasan biasanya terlihat menarik dan enak, sehingga tidak heran banyak orang menyukainya, terutama anak-anak. Lantas, apa saja zat-zat berbahaya yang terkandung dalam makanan kemasan? Zat Berbahaya dalam Makanan Kemasan yang Perlu Diwaspadai Makanan kemasan merupakan jenis makanan tidak sehat yang perlu dibatasi konsumsinya. Hal itu karena produk tersebut mengandung berbagai macam zat tambahan yang bisa berbahaya bila dikonsumsi secara berlebihan. Selain itu, makanan kemasan biasanya juga mengandung nutrisi yang lebih sedikit dibanding makanan utuh yang segar. Oleh karena itu, usahakanlah untuk lebih banyak mengonsumsi makanan utuh yang diolah sendiri di rumah daripada membeli makanan kemasan. Berikut zat-zat berbahaya dalam makanan kemasan yang perlu diwaspadai 1. Sirup jagung fruktosa tinggi Di dalam makanan kemasan biasanya terkandung gula tambahan, dan salah satu yang paling umum adalah sirup jagung fruktosa tinggi atau high fructose corn syrup HFCS. Pemanis tambahan ini tidak mengandung nutrisi, tapi tinggi kalori. Selain itu, HFCS juga merupakan jenis gula yang berbahaya, karena bisa meningkatkan trigliserida dan hormon penyimpan lemak, serta memicu orang untuk makan secara berlebihan sehingga meningkatkan berat badan. 2. Pemanis buatan Aspartame, sakarin, dan sukralosa merupakan pemanis buatan yang diklaim ramah untuk diet karena rendah kalori. Namun, pemanis tersebut sebenarnya lebih banyak memberikan dampak buruk daripada manfaatnya. Studi menunjukkan bahwa pemanis buatan mengelabui otak untuk melupakan bahwa rasa manis berarti kalori ekstra, sehingga membuat orang cenderung mengonsusmi makanan manis lebih banyak. 3. MSG Monosodium glutamat MSG atau lebih dikenal juga sebagai micin, merupakan bahan tambahan yang juga sering digunakan untuk membuat rasa makanan menjadi lebih kuat dan gurih. Bahan tambahan ini banyak ditemukan pada makanan kemasan anak-anak dan juga produk mi instan. Para ahli masih belum mengetahui secara pasti seberapa bahayanya MSG pada tubuh, tapi kadar glutamat bebas yang tinggi sudah terbukti sangat merusak kimia otak. Jadi, sebaiknya batasi mengonsumsi makanan kemasan yang tinggi MSG seminimal mungkin. 4. Zat pewarna Zat berbahaya lain dalam makanan kemasan yang perlu diwaspadai adalah zat pewarna. Ini merupakan zat yang paling sering digunakan dalam makanan anak-anak untuk membuat penampilan makanan lebih menarik. Karena itu, orang tua dianjurkan untuk berhati-hati ketika ingin membeli makanan anak yang berwarna, seperti jeli, permen, dan es krim. Pasalnya, beberapa pewarna buatan, seperti warna biru 1 dan 2, hijau 3, merah 3 dan kuning 6 sudah dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan. Contohnya seperti kanker tiroid, adrenal, kandung kemih, ginjal dan otak. Jadi, sebaiknya carilah makanan dengan bahan kimia buatan paling sedikit, terutama bila berbelanja untuk anak-anak. 5. Pengawet buatan Waspadai juga makanan kemasan yang mengandung pengawet buatan, seperti natrium benzoat dan kalium benzoat. Pasalnya, bila dikombinasikan dengan asam askorbat vitamin C , pengawet buatan tersebut bisa berubah menjadi benzena, zat yang bisa meningkatkan risiko kanker. Benzena juga dikenal sebagai karsinogen yang juga terkait dengan kerusakan tiroid yang parah. Bila natrium benzoat dikombinasikan dengan pewarna makanan, maka risiko anak mengalami hiperaktivitas semakin meningkat. 6. Lemak trans buatan Lemak trans buatan dibuat dengan memompa hidrogen ke dalam minyak tak jenuh, seperti minyak kedelai dan jagung untuk mengubahnya menjadi lemak padat. Kandungan ini dulu ada di banyak makanan olahan, seperti margarin, makanan ringan, dan makanan panggang kemasan. Penelitian pada hewan dan observasi sudah berulang kali menunjukkan bahwa mengonsumsi lemak trans bisa menyebabkan peradangan dan berdampak negatif pada kesehatan jantung. Itulah mengapa lemak trans buatan juga termasuk kandungan dalam makanan kemasan yang harus diwaspadai dan dihindari. Itulah beberapa zat berbahaya dalam makanan kemasan. Jadi, penting untuk mencermati bahan-bahan kandungan apa saja yang terdapat dalam makanan sebelum membelinya. Usahakanlah untuk mengurangi mengonsumsi makanan kemasan agar bisa terhindar dari dampak buruk zat-zat tersebut. Bila kamu sakit atau memiliki keluhan kesehatan tertentu, sebaiknya segera periksakan ke dokter. Kamu bisa periksa kesehatan dengan buat janji di rumah sakit pilihan melalui aplikasi Halodoc. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang di App Store atau Google Play! Referensi Better Health Market. Diakses pada 2022. Top Ten Toxic Food Ingredients in Processed Food. Healthline. Diakses pada 2022. 6 Toxins’ in Food That Are Actually Concerning
Wadahkemasan untuk makanan yang biasa digunakan masyarakat terbuat dari a. daun, plastik, ataupun styrofoam b. kertas, piring, ataupun styrofoam c. gelas, plastik, ataupun piring d. kertas, plastik, ataupun styrofoam Jawaban : d. Kertas, plastik, ataupun styrofoam Pembahasan : Kemasan produk secara umum adalah suatu wadah ataupun pembungkus yang memiliki fungsi untuk mencegah ataupun
Jakarta - Wadah plastik seringkali digunakan untuk menyimpan makanan. Selain ringan, plastik juga merupakan barang yang murah dan mudah untuk didapatkan. Namun, menyimpan makanan dengan menggunakan plastik tidak baik untuk kesehatan. Hal ini dikarenakan kemasan plastik yang mengandung bahan kimia yang disebut Bisphenol A BPA. Nyaris Jadi Korban Penipuan, Aksi Wanita Ini Tipu Balik Pelaku Bikin Kagum Warganet Minum Kopi hingga Tiga Cangkir Sehari Menurunkan Risiko Anda Terkena Stroke, Ini Sebabnya Bikin Langgeng, 7 Hal yang Perlu Dilakukan Pasangan Sebelum Tidur Dilansir dari The List, Senin 22/9/21, sebuah penelitian membuktikan bahwa BPA yang dapat mempengaruhi efek kesehatan ini dapat mengganggu endokrin, yaitu memiliki dampak negatif pada hormon tubuh. Masalah kesehatan ini biasa dikaitkan dengan masalah perkembangan pada bayi dan anak kecil, diabetes, kanker, penyakit jantung dan obesitas pada orang dewasa. Bahkan, kemasan plastik yang mengandung BPA tinggi dapat menyebabkan peningkatan kematian. Mengutip dari Vox, bahan kimia dalam kemasan plastik dapat berdampak pada kesehatan manusia. Sebuah penelitian telah menemukan paparan BPA, ftalat dan aditif dapat mengurangi kesuburan, penurunan fungsi seksual pria dan kualitas sperma, berkurangnya kekebalan tubuh, diabetes tipe 2 dan obesitas. Selain itu, paparan BPA pada janin dapat meningkatkan risiko keguguran, berat badan lahir rendah dan obesitas masa kanak-kanak. * Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang anti sedotan plastik sedang ramai San Diego State University katakan puntung rokok juga berbahaya.
Membungkusmakanan panas dengan plastik dapat memindahkan komponen-komponen berbahaya tersebut ke makanan yang kita makan, hingga akhirnya masuk ke tubuh. Plastik dengan kandungan BPA (Bisphenol A) diketahui dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti penurunan kesuburan pada pria maupun wanita. Plastik adalah jenis kemasan yang paling umum digunakan untuk mengemas makanan. Berdasarkan data Badan POM, di Indonesia hampir 50 persen makanan menggunakan kemasan plastik. Dan, kebanyakan orang lebih memilih plastik yang tidak mudah pecah, ringan, mudah dibentuk, mudah diwarnai, dan mudah diproduksi secara massal. Ironisnya, ternyata ada beberapa plastik yang digunakan untuk membungkus makanan berbahaya bagi kesehatan. Maka dari itu, sebelum membeli makanan Kamu perlu meneliti terlebih dahulu apakah kemasan plastiknya aman. Berikut jenis-jenis plastik yang sudah diberi izin oleh otoritas resmi untuk digunakan sebagai kemasan makanan. Baca juga Yuk, Kurangi Bahaya Kantong Plastik! Polyethylene Terephthalate PET PET adalah jenis plastik yang sering digunakan menjadi kemasan makanan dan minuman. Biasanya, PET digunakan sebagai kemasan minyak goreng, selai kacang, kecap, sambal, dan berbagai macam botol minuman. PET adalah jenis plastik yang jernih, kuat, tahan pelarut, kedap gas dan air, serta bisa melunak pada suhu 80°C. Meski otoritas internasional seperti FDA memberikan izin pakai dan mengonfirmasi keamanan plastik ini sebagai kemasan makanan dan minuman, Kamu juga tetap harus hati-hati. Pasalnya, sisa bahan dasar etilen glikol di plastik ini adalah zat mutagenik dan racun bagi sistem reproduksi. Zat tersebut bisa berpindah ke makanan dan minuman. Sebagai tips, hindari pemakaian kemasan PET untuk makanan panas dengan suhu lebih dari 60°C. Jangan pula menggunakan kemasan PET lebih dari 2 kali, karena sisa bahan dasarnya bisa lebih mudah berpindah ke dalam makanan atau minuman. Polypropylene Polypropylene adalah jenis plastik yang umumnya digunakan pada kemasan makanan. Contoh makanan yang dikemas menggunakan polypropylene adalah biskuit, keripik kentang, sedotan, dan lunch box. Kemasan dengan jenis plastik ini biasanya digunakan lebih dari satu kali. Sifat polypropylene keras namun fleksibel, kuat, permukaan berlilin, tidak jernih tapi tembus cahaya, tahan terhadap bahan kimia, dan bisa melunak pada suhu 140°C. Pada umumnya, polypropylene adalah jenis plastik yang relatif aman untuk digunakan sebagai kemasan makanan ketimbang jenis plastik lainnya. Selain itu, plastik ini tahan panas sehingga bisa digunakan untuk pemanasan dengan microwave. Namun, penggunaannya juga harus sesuai dengan saran yang tertera di kemasannya. High Density Polyethylene PE-HD PE-HD bisa dibilang sebagai jenis plastik yang paling umum digunakan. Di pasar swalayan, Kamu akan melihat banyak plastik PE-HD dalam bentuk kemasan susu dan jus botol. PE-HD juga digunakan sebagai kemasan mentega dan es krim. Sifat jenis plastik ini keras hingga semi fleksibel, tahan terhadap bahan kimia dan kelembapan, dapat ditembus gas, permukaan berlilin, buram, mudah diwarnai, diproses, dan dibentuk, serta bisa melunak pada suhu 75°C. Sama seperti polypropylene, PE-HD juga relatif aman untuk digunakan sebagai kemasan makanan dan minuman ketimbang jenis plastik lainnya. Namun, jenis plastik ini tidak tahan panas. Karenanya, jangan menuangkan makanan atau minuman panas ke atas plastik ini. Karena plastik ini agak buram, kalau mau digunakan lagi harus dipastikan kebersihannya, karena sisa bahan dasarnya bisa berpindah ke makanan atau minuman. Baca juga 7 Tanda Segitiga Pada Botol Minum Plastik Low Density Polyethylene PE-LD PE-LD mirip dengan PE-HD, hanya saja PE-LD lebih lentur. PE-LD biasanya digunakan sebagai kemasan botol kecap, mayones, dan bungkus roti. Jenis plastik PE-LD mudah diproses, kuat, fleksibel, kedap air, permukaan berlilin, tidak jernih tapi tembus cahaya, dan bisa melunak pada suhu 70°C. PE-LD juga relatif aman digunakan untuk kemasan makanan ketimbang jenis plastik lainnya. Namun, jenis plastik ini sering dibuat menjadi kantong daur ulang. Jika sudah didaur ulang, sebaiknya jangan digunakan lagi untuk membungkus makanan, terutama makanan panas. Polistren PS Polistren terbagi menjadi dua jenis, yaitu PS kaku dan PS busa. PS kaku bersifat jernih seperti kaca dan buram, kaku, getas, terpengaruh lemak dan pelarut, mudah dibentuk, dan bisa melunak pada suhu 95°C. PS kaku biasanya digunakan untuk toples, cup es krim, serta sendok dan garpu. Sementara itu, PS busa bersifat seperti busa, biasanya berwarna putih, lunak, getas, serta terpengaruh lemak dan pelarut. Plastik jenis PS busa biasa dibentuk menjadi mangkuk, gelas, piring, dan baki. Kamu perlu mewaspadai adanya residu monomer stiren yang merupakan zat karsinogen golongan 2B, dengan sifat racun akut rendah. Di luar hal tersebut, jenis plastik ini termasuk aman sebagai kemasan makanan, karena bahan dasarnya jauh di bawah batas yang disyaratkan. Tapi, Kamu tidak boleh memasukkan kemasan PS yang biasa dikenal dengan nama styrofoam ke dalam microwave. Jangan pula menggunakan jenis plastik ini untuk mewadahi makanan berminyak dan panas. Polivinil Klorida PVC Polivinil Klorida atau PVC juga sangat banyak digunakan sebagai kemasan makanan. Jenis plastik ini terbagi menjadi 2, yaitu PVC kaku-semi kaku dan PVC lunak. PVC kaku-semi kaku bersifat kuat, keras, bisa jernih, bisa diubah bentuknya dengan pelarut, dan bisa melunak pada suhu 80°C. PVC kaku-semi kaku biasa digunakan sebagai botol untuk jus, air mineral, minyak sayur, kecap, dan sambal. Sementara itu, PVC lunak bersifat lunak, dapat dikerutkan, dan jernih. PVC lunak digunakan sebagai pembungkus makanan atau food wrap. Meski banyak digunakan, PVC mengandung hal-hal yang perlu diwaspadai. Hal-hal tersebut di antaranya residu VCM yang terbukti bisa mengakibatkan kanker hati, senyawa ester ftalat yang bisa mengganggu sistem endokrin, senyawa logam berat Pb yang dapat meracuni ginjal dan saraf, serta senyawa logam berat Cd yang bisa meracuni ginjal dan menyebabkan kanker paru-paru. Namun dengan teknologi canggih saat ini, kebanyakan dari zat-zat berbahaya tersebut sudah dimodifikasi terlebih dahulu. Jadi, plastik jenis ini aman untuk digunakan sebagai kemasan. Sebagai tips, jangan gunakan PVC untuk mewadahi makanan panas dan berminyak. Baca juga Ketahui Arti Tulisan pada Kemasan Obat Berikut! Semua plastik yang disebutkan di atas adalah jenis-jenis plastik yang sudah diberi izin beredar oleh otoritas negara BPOM. Namun, Kamu tetap perlu berhati-hati dalam menggunakannya. Ikuti petunjuk amannya dan pastikan makanan berkemas plastik yang Kamu beli tertutup rapat dan tidak terkontaminasi.
\n \n\n kemasan berbahaya yang digunakan untuk membungkus makanan terbuat dari
Pembungkusmakanan yang digunakan untuk mewadahi atau membungkus juga harus dapat melindungi makanan yang ada di dalamnya. Bahan yang digunakan tidak boleh terbuat dari bahan yang dapat membahayakan kesehatan masyarakat. Namun, tidak hanya masalah kemasan yang harus diperhatikan tapi makanan yang ada dalam kemasan itu juga harus dapat bertahan - Sikap hati-hati dan waspada sangat dibutuhkan agar dapat menghindar dari bahaya bungkus pengemas mengandung racun. Barang yang mungkin biasa kita pakai untuk membungkus makanan dan minuman ternyata dapat menimbulkan dampak & efek luar biasa buruk bagi kesehatan tubuh kita. Styrofoam, kertas koran, kertas bekas, melamine beracun, daur ulang plastik bekas, plastik air minum dalam kemasan, dan lain sebagainya. Perkembangan teknologi tidak hanya membawa kebaikan saja, namun juga keburukan. Dalam dunia kemasan atau bungkus makanan minuman terjadi perubahan yang pesat, dari yang dulunya hanya pakai daun pisang dan tanah liat, sekarang sudah bisa menggunakan plastik, kertas, beling dan lain sebagainya. Di bawah ini merupakan beberapa macam / jenis kemasan makanan dan minuman yang harus anda waspadai karena bisa saja mengandung zat berbahaya bagi kesehatan tubuh anda 1. Pembungkus Kertas Non Makanan Hati-hati jika membeli makanan yang dibungkus kertas biasa, kertas koran, kertas majalah, dan lain sebagainya. Terkadang kertas pembungkus yang kontak langsung dengan makanan tidak didesain khusus untuk makanan sehingga mengandung zat berbahaya seperti timbal, karbon, dan lain sebagainya. Timbal dapat mudah berpindah ke makanan jika terkena minyak dan panas yang mampu menyebabkan pucat, kelumpuhan. Jadi bagi anda yang suka membeli gorengan, sayur-sayuran, kue, roti, dan lain-lain yang dibungkus dengan kertas bekas atau kertas bukan untuk makanan seperti kertas koran, kertas majalah, kertas prinan, dll, gunakanlah piring atas wadah lainnya yang didesain khusus untuk makanan. 2. Pembungkus Styrofoam / Stereofoam / Polystyrene Bungkus yang umumnya berwarna putih dan kaku ini sering dijadikan kotak bungkus luar makanan. Tadinya bahan ini dipakai untuk pengaman barang non makanan seperti tv, komputer, radio, dll agar tahan benturan ringan, namun pada saat ini dipakai sebagai kotak makanan. Kegunaan yang mudah, praktis, enak dipandang, murah, anti bocor, tahan suhu panas dan dingin seolah membutakan kita akan dampak dan efek bagi lingkungan serta tubuh manusia. Bahayanya yaitu jika makanan tersebut kontak langsung dengan lapisan sterofom. Lapisan sterofoam tersebut jika terkena panas dapat mencairkan banyak residu sterofom yang bisa menyebabkan endocrine disrupter akibar zat karsinogen yang beracun. Umumnya pembungkus makanan ini sudah menjadi salah satu pilihan pembungkus favorit tukang somay, tukang bubur ayam, tukang nasi, tukang nasi goreng, tukang mi tektek, tukang capcay, mie instan, dan lain sebagainya. Selain itu bahan Styrofoam bersifat tahan lama yang tidak akan terurai secara alamiah dalam waktu puluhan atau mungkin bahkan ratusan tahun. Jika dibakar, maka racun yang menguap ke udara jika terhirup akan menetap di dalam tubuh serta dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius. Sebaiknya mulai dari diri sendiri tidak menggunakan dan tidak membeli makanan mimuman yang memakai stairofoam sebagai kemasan agar tidak terkena dampak yang merugikan diri kita sendiri, orang lain dan juga lingkungan sekitar kita. Lebih baik membawa tupper ware, piring atau rantang sendiri untuk membawa makanan kesukaan kita. 3. Plastik Air Minum Dalam Kemasan / AMDK Botol dan gelas air minum seperti aqua, vit, 2tang, dan sebagainya dengan bahan polyethylene terephthalate atau PET mengandung zat karsinogen yang dapat membahayakan kesehatan tubuh manusia apabila terminum bersama minuman. Kemasan PET tersebut hanya aman digunakan beberapa kali saja, dengan suhu normal, tanpa dicuci-cuci, tidak kena sinar matahari. Jika kita menggunakan botol atau gelas amdk tersebut berulang-ulang kali, maka bisa jadi racun karsinogen tersebut larut dalam air yang kita minum dan dalam jangka panjang akan memberikan efek yang merugikan kesehatan. Oleh sebab itu sebaiknya kita tidak memakai ulang botol dan gelas air minum kemasan dan hanya menggunakan kemasan minuman khusus untuk minuman yang aman dari zat-zat berbahaya. 4. Hasil Daur Ulang Plastik Bekas Hati-hatilah jika anda menggunakan wadah atau pembungkus makanan dan minuman. Teliti dulu apakah benda-benda yang kontak langsung dengan makanan seperti piring, gelas, sedotan, plastik kresek, pelastik es, kertas coklat berlapis plastik, dan lain-lain dibuat dari biji platik baru atau biji plastik bekas. Barang-barang yang terbuat dari plastik bekas dapat menimbulkan berbagai penyakit yang merugikan kesehatan kita. Umumnya para pedagang kaki lima menggunakan plastik baru tapi bekas untuk mengemas makanan produksi mereka karena harganya murah, mudah dan praktis. Mereka tidak tahu kalau plastik kresek itu dibuat dari plastik bekas baik dari tempat sampah, pelastik bekas bahan kimia, plastik beracun, ember somplak, mainan plastik beracun, plastik aqua bekas dan plastik-plastik menjijikkan lainnya yang mengandung zat berbahaya. Plastik bekas biasanya memiliki tekstur yang agak kasar, kurang elastis, ada bercak-bercak, dan sebagainya tapi tidak menutup kemungkinan kalau plastik yang bagus terbuat dari bahan plastik bekas berbahaya bagi kesehatan kita. 5. Piring, Mangkok, Gelas dan Barang Berbahan Melamin / Melamine Bahan melamin untuk pembuatan barang rumah tangga seperti piring, gelas, mangkuk, mug, cetok, sendok, garpu, dan sebagainya ternyata tidak semuanya aman bagi kesehatan kita dan dapat memicu kanker. Selain harga yang murah, bentuknya yang beraneka ragam, ringan dan tahan banting menjadi primadona dalam perkakas rumah tangga di masyarakat. Jadi anda diharapkan lebih selektif dan waspada dalam membeli perangkat rumah tangga termasuk produk yang dijual di hipermarket, supermarket dan minimarket walaupun ritel tersebut termasuk modern serta melakukan pengawasan ketat terhadap barang dagangannya. Berdasarkan uji klinis terdapat sebagian merek produk melamine di Indonesia yang mengandung racun formaldehid atau formalin. Racun tersebut adalah merupakan hasil polimerisasi yang tidak sempurna sehingga menghasilkan residu formaldehid yang menempel pada barang-barang tersebut. Apabila residu itu ikut nimbrung masuk ke dalam perut badan kita melalui makanan dan minuman, maka bisa menimbulkan masalah kesehatan seperti kanker dan penyakit lain yang sangat berbahaya. Tambahan - Jika membeli suatu barang dalam kemasan, pastikan kemasan dan atau segel masih dalam keadaan baik dan belum rusak. - Perhatikan tanggal kadaluarsa produk tersebut yang tertera pada kemasan. Jika isinya sudah rusak atau cacat, jangan dikonsumsi. - Lebih baik menggunakan wadah makanan atau minuman sendiri. - Gunakan wadah makanan dan minuman yang bebas racun walaupun kurang praktis, mahal, berat, gampang pecah, dan sebagainya. Yang penting aman bagi kesehatan anda dan keluarga serta orang lain. Selainkarena mudah didapatkan, kemasan plastik juga harganya terjangkau. Namun, dari kemasan plastik yang sering digunakan misalnya untuk bakso atau makanan berkuah dan berminyak. Bahayanya polimer-polimer bisa terlepas dan masuk ke dalam produk pangan. Kemasan plastik yang aman adalah yang 2 (LDPE), 4 (HDPE), dan 5 (PP).
Pertama tanah yang tercemar tidak dapat digunakan untuk bercocok tanam. Akibatnya, petani sulit untuk memproduksi sayur-mayur dan berbagai makanan yang bersumber dari tanaman. Tanah yang tercemar juga dapat menimbulkan penyakit dari zat-zat berbahaya yang dikandung. Tidak hanya tumbuhan dan hewan, manusia juga dapat terkena penyakitnya.
ZkUR.
  • 2gqvejacq8.pages.dev/449
  • 2gqvejacq8.pages.dev/355
  • 2gqvejacq8.pages.dev/455
  • 2gqvejacq8.pages.dev/464
  • 2gqvejacq8.pages.dev/410
  • 2gqvejacq8.pages.dev/125
  • 2gqvejacq8.pages.dev/298
  • 2gqvejacq8.pages.dev/448
  • kemasan berbahaya yang digunakan untuk membungkus makanan terbuat dari