Dalamperkembangan zaman pada era globalisasi ini, pemuda dituntut untuk memainkan peran dalam mengisi kemerdekaan baik sebagai kontrol sosial,agen perubahan, kekuatan moral, pendukung aspirasi dalam segala aspek. Selain itu, generasi milenial sekarang dituntuk untuk bertanggung jawab dalam menjaga Pancasila dan NKRI.
Jakarta - Globalisasi adalah menyatunya negara-negara di dunia menjadi negara yang sangat besar secara multidimensional. Globalisasi memengaruhi proses produksi global, penyebaran tenaga kerja internasional, kehidupan politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Untuk itu, detikers perlu tahu apa saja faktor pendorong terjadinya mengacu pada kenyataaan bahwa manusia makin hidup dalam satu dunia yang disebut desa global. Karena itu, individu, kelompok, dan bangsa di bumi menjadi semakin saling bergantung dalam segala aspek kehidupan, seperti dikutip dari buku Seri IPS Geografi dan Sosiologi SMP Kelas IX oleh Drs. Sugiharyanto, terjadinya globalisasi yaitu adanya pengembangan di bidang teknologi informasi, telekomunikasi, dan transformasi, serta faktor-faktor lainnya dengan sangat pesat. Kemajuan teknologi mendukung batas-batas negara menjadi kurang berarti, baik dari segi ekonomi maupun Pesatnya Pengembangan Teknologi KomunikasiPerkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang berkembang pesat mempercepat terjadinya proses globalisasi di dunia. Negara yang memiliki infrastruktur teknologi komunikasi dan informasi dapat menggunakannya di skena perkantoran, pusat bisnis, dan perumahan. Dengan demikian, anak usia sekolah hingga di atas usia kerja dapat memanfaatkan teknologi komunikasi dan informasi dalam mengakses ilmu dan data sesuai kebutuhannya tanpa terbatas jarak Integrasi Ekonomi DuniaGlobalisasi juga terjadi karena adanya integrasi ekonomi dunia. Perekonomian global tidak lagi hanya didasarkan pada pertanian atau industri, tetapi didominasi kegiatan perekonomian tanpa bobot weightless economy dan tidak berwujud intangible economy. Produk perekonomian ini berupa informasi, perangkat lunak, produk media hiburan, dan jasa berbasis di masa globalisasi juga disebut sebagai knowledge-based economy atau perekonomian berbasis pengetahuan. Contoh produknya adalah transfer data dan pengetahuan secara real time dan atau online melalui pemanfaatan teknologi komunikasi dan Perubahan Politik DuniaMenurut Anthony Giddens, perubahan politik dunia merupakan kekuatan penggerak adanya globalisasi. Salah satunya yaitu runtuhnya imperium Uni Soviet, munculnya mkanisme pemerintahan internasional dan organisasi regional seperti PBB dan Uni Eropa, serta munculnya organisasi non pemerintah internasional dan Uni Soviet mendorong banyak negara bergerak dari perekonomian terpusat ke sistem ekonomi dan politik ala barat, seperti Ukraina, Hungaria, Polandia, Ceko, negara Baltik, dan negara di Asia Tengah. Sementara itu, organisasi internasional mendukung pembahasan dan penyelesaian isu internasional, seperti adanya WWF, dokter lintas batas, palang merah, dan Amnesty International dalam usaha perlindungan lingkungan dan Berkembangnya Perusahaan-Perusahaan TransnasionalPerusahaan nasional adalah perusahaan yang memproduksi barang dan jasa lebih dari satu negara. Perusahaan transnasional merupakan jantung perekonomian global karena menjadi menyebarkan teknologi baru di berbagai belahan dunia dan menjadi pelaku utama di pasar uang internasional. Perusahaan transnasional dibentuk tiga pasar regional berpengaruh, yaitu Pasar Tunggal Eropa, Asia-Pasifik, dan Amerika salah satu faktor pendorong terjadinya globalisasi adalah pengembangan di bidang teknologi informasi, telekomunikasi, dan transformasi. Namun penggunanaan teknologi harus tepat guna dan jangan kebablasan ya detikers! Simak Video "Google Sediakan 11 Ribu Beasiswa Pelatihan untuk Bangun Talenta Digital" [GambasVideo 20detik] twu/nwy
Globalisasijuga membuat semakin kuat ikatan ekonomi, politik, teknologi dan budaya yang mampu menghubungkan individu, komunitas, perusahan dan pemerintah di seluruh dunia. Dalam konsep awal orang beranggapan bahwa globalisasi merupakan suatu gejala ekonomi.
Jakarta - Ada perbedaan secara signifikan pada peringatan satu dekade peristiwa 9/11 baca nine eleven di Amerika Serikat AS kali ini, yaitu Osama bin Laden telah ketahui bahwa bencana 9/11 sepulu tahun silam, menjadi gerbang awal babak baru bagi politik luar negeri AS, yaitu menggalang kekuatan dalam rangka war on terror perang melawan teror.Sebagai pimpinan Al Qaeda dan orang yang diklaim oleh AS mengarsiteki serangan yang meruntuhkan dua menara kembar World Trade Centre WTC dan jantung pertahanan-keamanan AS di Pentagon pada 11 September 2001, tewasnya Osama bin Laden merupakan hadiah terbesar bagi Paman Sam dan dunia. Khususnya dalam agenda perang melawan terorisme. Empat bulan lalu, tewasnya Osama bin Laden diumumkan langsung oleh Presiden Barack Husein Obama pada Ahad 1/5/2011. Osama tewas setelah diberondong oleh serangan SEAL Team 6 ST6, yaitu pasukan elit kontra teroris yang anggotanya disaring dari pasukan elit angkatan laut AS Navy yang oleh sebagian besar umat Islam tersebut sebagai simbol perlawanan terhadap hegemoni Barat tersebut, diserbu di kediamannya di sebuah mansion di pinggiran kota Abbottabad, 50 km 30 mil barat laut ibu kota Pakistan, masyarakat dunia yang turut merasakan dampak perang melawan terorisme tersebut, setelah Osama tewas berakhirkan agenda AS dalam perang melawan terorisme yang selama ini dijadikan alasan menginvasi dan mengintervensi sejumlah negara, termasuk intervensi terhadap Indonesia? Bagaimana geopolitik global di masa mendatang dalam kaitannya dengan war on terror terlalu simplistis jika secara spontan kita menjawab "iya" atau "tidak", mengingat perang melawan terorisme berhasil menciptakan multiple effect. Desain propaganda media Barat yang disetting oleh kepentingan AS, menjadikan terorisme sebagai momok bagi penduduk kini dunia dihantui oleh terorisme yang tidak ada matinya, dan bahkan semakin menggurita. Pintu fobia ini menjadi panggung indah bagi AS untuk melancarkan berbagai agenda war on kesempatan ini, penulis akan mengulas lebih jauh dampak politik peristiwa teror paling mematikan menewaskan tidak kurang dari 3000 orang sepanjang sejarah termasuk yang tewas akibat perang yang digelar AS dan sekutunya dalam pengejaran terhadap Osama bin Laden dan Al Qaeda, tak terhitung lagi jumlahnya. Sepuluh tahun terakhir, bagi AS sebagai pioner, motor dan panglima war on terror, peristiwa 9/11 memberi keuntungan war on terror bukan saja berakibat terhadap renggang atau bahkan retaknya relasi Islam yang distigmatisasi menjadi ideologi katalis teror dan Barat berkat penggiringan opini publik, seolah menjadi korban. Akan tetapi, lebih jauh telah menciptakan efek pada perkembangan politik, sosial dan ekonomi yaitu terbangunnya aliansi politik baru yang dikomandoi AS. Agenda war on terror berhasil merekatkan AS dengan sekutu-sekutunya dari lintas bangsa dan bagi sesama negara Barat dan negara-negara Arab yang kaya akan minyak yang masuk dalam shaf perang tersebut. Hal ini memungkinkan AS memberi pengaruh lebih jauh pada kebijakan-kebijakan politik dalam dan luar negeri negara sekutunya, termasuk memobilisasi sumberdaya modal dan militer dalam memuluskan agenda war on beberapa negara yang selama ini menjadi ancaman bagi pengaruh AS dapat direduksi atau bahkan dimatikan. Sebutlah misalnya Irak Pra Invasi 2003 yang menjadi salah satu rival AS dan sekutunya di kawasan Timur setelah George W. Bush mengomandoi perang yang digelar sejak 9 April 2003, karena menuduh rezim Saddam Husein mengembangkan senjata pemusnah massal yang menjadi teror terhadap keamanan dunia khususnya di kawasan Timur Tengah walau kemudian tidak terbukti, Irak menjadi lemah kalau tidak mau dikatakan hancur akibat terfragmentasi oleh perang saudara antar suku karena desain kepentingan Fakta politik di Irak tersebut tidak hanya memberi manfaat politik bagi AS akan tetapi manfaat ekonomi. Khususnya dalam proyek-proyek recovery infrastruktur pasca perang dan pengelolaan minyak Irak sebagai penghasil minyak tersbesar ke-2 di dunia setelah Arab Timur Tengah pasca Irak dihancurkan, Arab Saudi tampil sebagai anak emas AS. Rezim Saud bahkan menyiapkan pangkalan militer bagi AS yang menjadi pusat kontrol untuk kawasan Timur Tengah. Berbagai kemitraan dibangun oleh kedua negara baik ekonomi, maupun Asia Tengah, Afganistan yang sedari awal diidentifikasi sebagai tempat pelarian Osama bin Laden dan menjadi pusat komando jaringan Al Qaeda, AS dan sekutunya berhasil menempatkan militer dan menggelar mesin perangnya di kawasan. Di bawah komando Fakta Pertahanan Atlantik Utara NATO, bersama Pakistan, negara kayak minyak tersebut porak poranda akibat tetapi, nahas karena AS dan sekutunya sebagaimana di Irak justru terjebak hingga mengerahkan sumberdaya militer dan modal yang tidak sedikit. Sebagaimana dilansir oleh Reuters 10/9/2011 hasil perhitungan dari Brown University di AS memperkirakan di tiga negara tersebut As merugi hingga 4,4 trilun dollar atau sepertiga dari nilai beban utang AS saat ini sebesar 14,7 triliun sampai di situ, mitra politik AS juga rekat meluas hingga ke Asia Timur yaitu Jepang, Asia tenggara yaitu Singapura dan juga Australia di benua secara geopolitik, AS sukses menghegemoni dunia tapi dengan harga yang mahal karena setiap negara sekutu tersebut harus dikucuri dana untuk melancarkan agenda war on terror Indonesia yang menjadi mitra strategis kedua di Asia Tenggara setelah Singapura, untuk pembentukan pasukan elit anti teror Polri atau Detasemen Khusus Densus 88, pada tahun 2002 Washington merogoh kocek sebesar 16 juta dollar sebagaimana dilansir Human Rights Watch. Ini baru untuk satu negara, yaitu dengan negara lain? Sejumlah data menunjukkan jika setiap tahun dana untuk perang war on terror terus mengalami 2007 Paman Sam merogoh kocek sebesar 93 miliar dollar, tahun berikutnya 2008, bertambah menjadi 141 miliar dollar untuk seluruh sekutunya. Padahal saat itu, krisis telah memporak porandakan ekonomi Paman Sam. Tak heran jika krisis ekonomi AS terus berlanjut. Apalagi di Libya, AS berperan sentral dalam mendanai "perang" melawan rezim Muammar dapat dipungkiri bahwa kucuran danalah yang selama ini memuluskan langkah AS dalam membangun kekuatan politik sekutu dengan berbagai negara lintas benua untuk agenda war on kini AS tengah menderita dan ngos-ngosan akibat defisit anggaran karena besarnya beban utang. Bahkan saat ini rasio utang AS terhadap produk domestik bruto PDB lebih dari 100 persen. Tahun 2010 lalu, total utang AS yaitu U$ 14,58 triliun, sementara PDB tahun anggaran yang sama hanya U$ 14,53 dengan besarnya utang tersebut, maka porsi pembayaran utang dalam APBN akan menyandera kebijakan anggaran negara untuk diprioritaskan melayani kreditor asing dan para investor pemilik surat berharga sisi efektifitasnya, secara internal, beban pembayaran utang akan menjadi pemicu terjadinya kontraksi belanja sosial, merosotnya kesejahteraan rakyat, dan melebarnya pembayaran utang telah mengurangi kemampuan negara untuk menstimulus perekonomian dengan dukungan pendanaan bagi pembangunan. Besarnya beban pembayaran utang setiap tahun mengakibatkan berkurangnya alokasi anggaran pembangunan dan pengurangan subsidi bagi rakyat yang menjadi tanggung jawab tindakan bodoh jika AS terus menumpuk utang untuk politik luar negerinya sementara krisis di dalam negeri menimbulkan gejolak politik dan rentan instabilitas. Dengan memangkas atau bahkan menghentikan kucuran dana bagi sekutunya, maka pengaruh politik AS akan krisis ekonomi AS yang turut dipengaruhi oleh agenda war on terror pasca 9/11 ini, menjadi babak baru dalam pergeseran geoekonomi dan geopolitik yang siap di-takeover oleh sejumlah negara emerging market, khususnya yang tergabung di dalam BRIC Brazil, Rusia, India dan China.Adalah sunnatullah dan fitrah peradaban jika suatu peradaban hegemoni dalam kasus Amerika layu, maka peradaban lain akan muncul. Tegantung siapa yang paling adalah Analis Ekonomi Politik SERUM Institute dan Pengurus Pusat KAMMI dan Telah menulis ratusan artikel yang dipublikasikan oleh media massa nasional –cetak & online- seperti Media Indonesia, Koran Tempo, Harian Republika, dllJusman DalleJl. Urip Sumoharjo Km. 05 Makassarjusmandalle wwn/wwn
Su6sfoE. 2gqvejacq8.pages.dev/2192gqvejacq8.pages.dev/3772gqvejacq8.pages.dev/4072gqvejacq8.pages.dev/3192gqvejacq8.pages.dev/682gqvejacq8.pages.dev/322gqvejacq8.pages.dev/4142gqvejacq8.pages.dev/332
peristiwa politik yang menjadi kekuatan penggerak globalisasi yaitu